Semua Tentang Suku Baduy, Lebak, Banten Indonesia

Semua Tentang Suku Baduy, Lebak, Banten Indonesia

Size
Price:

Read more

Suku Baduy, secara etimologi kata Baduy dipersamakan dengan kelompok atau kabilah Badawi di Arab yang merupakan masyarakat yang suka berpindah-pindah atau nomaden.

Menurut saya Baduy sendiri adalah sebutan kepada warga Desa Kanekes yang dianggap sering berpindah-pindah tempat. Mungkin Anda juga sering melihat Suku Baduy melakukan perjalanan jauh, itulah yang menyebabkan mereka disebut Baduy.

Wilayah Suku Baduy


Secara geografis, Suku Baduy berada di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kab. Lebak Provinsi Banten.

Jarak dari pusat kota Rangkasbitung sekitar 40 km. Dengan kecepatan normal saya menempuh perjalanan dari Rangkasbitung ke Desa Ciboleger selama 2 jam menggunakan sepeda motor.


Wilayah Suku Baduy merupakan kaki Gunung Kendeng dengan ketinggian 300-600 meter di atas permukaan laut. Topografi wilayah Baduy berbukit dan bergelombang dengan kemiringan rata-rata mencapai 45°.



Wajar jika banyak pengunjung yang tak sanggup mencapai pemukiman warga Baduy Dalam atau Cibeo. Tiga desa utama di Baduy adalah Desa Cikeusik, Desa Cikertawana, dan Desa Cibeo.

Bahasa dan Pendidikan


Warga Suku Baduy, baik Baduy Dalam maupun Baduy Luar menggunakan bahasa Sunda (cenderung kasar). Mereka tidak mengerti bahasa Sunda halus, tapi bisa berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia dengan baik.

Hampir seluruh warga Suku Baduy tidak mengenyam dunia pendidikan atau sekolah tapi jangan kaget jika mereka bisa membaca dan menulis. Apalagi berhitung uang. Hehehe.

Saya banyak berbincang dengan Warga Baduy Luar, ada beberapa anak yang sekolah. Itupun yang tinggal di perkampungan paling luar (dekat Terminal Ciboleger). Mungkin di desa lain juga seperti itu.

Orang Cibeo, atau Suku Baduy Dalam sama sekali menolak segala bentuk modernisasi termasuk pendidikan formal yang menurut mereka tidak sesuai dengan adat-istiadat dari leluhur.

Entah plesetan atau memang prinsip Orang Baduy, "Kami mah embung sakola bisi pinter, lamun geus pinter minteran batur" (Kami tak mau sekolah takut pintar kalau udah pintar takut minterin -red: nipu- orang lain).

Saya, pemilik Batik Baduy Online Store (BatikBaduy.Com) selalu berbelanja produk Baduy di Kampung Gajeboh yang notabene bagian dari kampung Baduy Luar. Mereka tidak sekolah, tapi bisa menggunakan kalkulator (tahu bilangan) dan menulis produk apa saja yang saya beli. Bagi saya mereka istimewa.

Perbedaan Baduy Luar dan Baduy Dalam


Secara umum, Suku Baduy terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping, dan dangka.

Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yaitu mereka yang tinggal di 3 desa utama yang saya sebutkan di atas.

Ciri khas mereka adalah memakai pakaian berwarna putih dan biru tua serta memakai ikat kepala warna putih. Dari semua Suku Baduy, Baduy Dalam inilah yang masih memegang teguh adat-istiadat leluhur.


Kelompok panamping atau yang dikenal dengan Baduy Luar adalah mereka yang tinggal di kampung yang mengelilingi Baduy Dalam seperti Cikadu, Kaduketug, Kadukolot, Cisagu dan sebagainya.

Ciri khas pakaian Baduy Luar adalah menggunakan warna hitam dan biru tua dan tak sedikit yang menggunakan kaos dan celana jeans.


Kelompok ketiga yaitu kelompok dangka, yaitu mereka yang tidak tinggal di wilayah Kanekes. Ada dua desa luar Kanekes yang menjadi saringan atas pengaruh dar luar yaitu Desa Cibengkung dan Desa Cihandam.

Secara adat istiadat, Baduy Luar tetap mengikuti aturan nenek moyang yang dipegang teguh warga Baduy Dalam. Perbedaan yang paling sering diketahui diantaranya:

  • Baduy Dalam dilarang menggunakan kendaraan untuk transportasi, dalam arti kemana pun jalan kaki. Sedangkan Baduy Luar boleh menggunakan kendaraan motor, mobil, dan sebagainya.

  • Kemana pun jalan, Baduy Dalam dilarang menggunakan alas kaki, sedangkan Baduy Luar boleh menggunakan alas kaki. Tapi banyak juga Baduy Luar yang nyeker (tidak pakai alas kaki).

  • Baduy Dalam dilarang menggunakan alat elektronik, sedangkan Baduy Luar boleh. Bahkan saya memiliki kenalan orang Baduy yang meminta nomor Whatsapp saya. Woow!

  • Karena menolak produk luar, Baduy Dalam tidak menggunakan sabun, pasta gigi, dll. Sedangkan Baduy Luar sudah menggunakannya. Bahkan rumah warga tujuaj saya belanja menggunakan Sun%#*ght, sabun pencuci piring. Kamar mandinya pun tersedia kloset dengan air keran mengalir.

  • Dari sepengalaman saya beberapa kali ke Baduy, rata-rata warga Baduy Dalam lebih pendiam dan tenang saat bertemu orang asing. Sedangkan Baduy Luar berani menyapa siapapun termasuk turis.

  • Jika seorang warga Baduy Luar melanggar aturan dan adat-istiadat, maka ia akan 'terusir' ke Baduy Luar. Selain dari itu, keinginan keluar dari Baduy Dalam serta pernikahan dengan orang luar mengharuskan mereka keluar dari wilayah Baduy Dalam.

Suku Baduy memiliki dua sistem pemerintahan. Pertama yang sesuai dengan pemerintahan Negara Indonesia dan kedua sistem pemerintahan adat-istiadat secara turun temurun.

Pemimpin dari negara disebut jaro pamarentah, sedangkan pemimpin adat disebut Pu'un. Pu'un sangat dihormati dan disegani oleh warga Suku Baduy.

Warga Suku Baduy menganut kepercayaa Sunda Wiwitan, yaitu ajaran leluhur menghormati karuhun (arwah leluhur) dan pemujaan pada roh kekuatan alam (animisme).

Seiring waktu, sebagian warga Baduy Luar kebanyaka sudah memeluk agama yaitu Islam.

Mata Pencaharian


Mata pencaharian sebagian besar warga Suku Baduy adalah bertani padi huma (padi ladang), menanam dan menjual buah-buahan, hasil hutan, dan lainnya.


Contoh hasil hutan yang dijual adalah madu, produk Tas Koja, Tas Jarog, dan gelang dari akar-akaran.

Cara jualan orang Baduy sangat unik. Mereka akan menempuh puluhan hingga ratusan kilometer untuk menjajakkan hasil hutan dan produk lainnya.

Jika Anda berkunjung ke Baduy kemudian melihat beberapa orang Baduy sedang 'nongkrong', maka mereka adalah sebagian dari Suku Baduy yang menawarkan guide ke perkampungan Baduy kepada turis atau pengunjung.


Untuk kaum perempuan tidak boleh keluar dari wilayah Baduy. Aktivitas perempuak kebanyakan bertani, mengambil kayu bakar, atau menenun.


Hal-hal unik yang baru saya tahu dari Suku Baduy:



  1. Saat berkunjung di bulan puasa kemarin (1438 H), mereka menghargai kami dengan mematikan rokok yang sedang mereka hisap. Sangat toleran.

  2. Warga Suku Baduy juga berpuasa dalam rangka melaksanakan tradisi Kawalu. Mereka berpuasa satu hari setiap bulan dalam waktu 3 bulan berturut-turut.

  3. Puasa orang Baduy dimulai pukul 12 malam dan diakhiri menjelang petang (waktu ashar).

  4. Orang Baduy juga disunat, bedanya sunat dilakukan oleh Bengkong (mantri sunat) dari warga Baduy Dalam. Sunat dilakukan secara massal di rumah Pu'un.

  5. Tidak boleh memotret atau merekam acara pernikahan.

  6. Tidak boleh menyembelih kerbau sembarangan dan harus konsultasi dulu ke mantri (dokter hewan).

  7. Hampir semua perempuan memakai perhiasan emas. Mungkin menunjukkan tingkat sosial.

  8. Berpacaran adalah melanggar adat istiadat. Jika diketahui berpacaran, sang pria dan wanita akan dihukum adat yaitu diasingkan dalam gubuk di tengah hutan selama 40 hari kemudian dinikahkan.

  9. Orang Baduy memiliki "Sadat" atau syahadat yang saat itu dibacakan oleh salah seorang warga lafadz dan artinya mirip sekali dengan dua kalimah syahadat orang Islam. Menurut mereka, Sadat itu adalah bukti mereka menemukan jati diri mereka sendiri.

Wallaahua'lam.

Sumber: Wikipedia, Urang Kanekes.

3 Reviews

  1. Assalaamu'alaikum , saya boleh minta kontak nya kang dede syarifudin?

    ReplyDelete
  2. Mf baru respon, baru login di admin...no sy 085929850545

    ReplyDelete
  3. Mungkin kehidupan kampungku dulu waktu kecil seperti itu kali ya :D

    ReplyDelete

Contact form

Name

Email *

Message *